Postingan

Esensi Pendidikan dan Terobosan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM) dari KEMDIKBUD

Gambar
Akhir-akhir ini, perbincangan terkait isu penyebaran virus COVID-19 di Indonesia berangsur-angsur surut. Hal ini tentunya menjadi angin Segar bagi seluruh masyarakat Indonesia karena harapan untuk bangkit dari keterpurukan setelah diterjang gelombang pandemi COVID-19 semakin mencuat. Seperti yang kita ketahui, hampir dua tahun terakhir seluruh negara di dunia tak terkecuali Indonesia sangat merasakan akibat yang ditimbulkan oleh virus COVID-19 tersebut. Dilansir dari  https://smeru.or.id/id/content/ringkasan-eksekutif-dampak-sosial-ekonomi-covid-19-terhadap-rumah-tangga-dan-rekomendasi , Hadirnya pandemi COVID-19 telah membawa perubahan terhadap dunia dengan berbagai tantangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Di Indonesia sendiri, COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 1,3 juta orang sejak kasus pertama diumumkan pada bulan Maret 2020, setidaknya 35.000 orang telah meninggal dunia. Namun, upaya untuk menghambat penyebaran virus COVID-19 telah menghambat kegiatan perekonomian

Antara PANdemi vs PLANdemi

Gambar
        Tahun 2020 adalah tahun dimana dunia diterjang wabah besar yang tidak pernah ada sebelumnya. Wabah itu menyebar dengan sangat cepat sampai akhirnya bumi pun diselimuti nya. Selimut itu sepertinya sangat nyaman dan memberi kehangatan bagi bumi. Bahkan karena kenyamanannya itu, bumi pun lupa untuk mencuci nya hingga selimut itu berumur satu tahun; (Bumi saja lupa, apalagi warga bumi). Stttt.. Tunggu!  Kok kita bahas tentang selimut? Kita harusnya bahas tentang Judul di atas. Mari kita mulai dengan pokok bahasan di atas. Pada tulisan kali ini, saya masih membahas tentang keadaan bumi. Tetapi cakupan nya lebih luas, dalam artian saya tidak hanya membahas tentang keadaan negeri yang saya pijak tetapi membahas kondisi dan situasi dunia saat ini. Selain itu saya sengaja menulis judul Pandemi menjadi PANdemi dan plandemi menjadi PLANdemi  dengan tujuan untuk memberi penekan. Dan jelas, penekanannya ada pada huruf kapital itu.         PANdemi adalah suatu wabah penyakit global. Menurut

Pak, Kami Pada Mu!

Gambar
        Setelah beberapa bulan tidak membuka pos Paras Negri, saya merasakan penat yang luar biasa. Situasi negeri yang selalu kacau, kisruh, hoaks, korupsi, ditambah pandemi yang belum juga berakhir menjadi alasan saya untuk takut dan was-was masuk pos dan berkumpul lagi dengan pak Hansip. Pernah suatu waktu, ketika saya sedang asyik bercanda bersama kerabat yang lain, saya ditelepon sama pak Hansip. Awalnya  aku ragu untuk menerima telepon tersebut. Karena rasa hormat saya terhadap Pak Hansip dan juga rasa rindu, saya pun memutuskan untuk menjawab telepon tersebut. Singkat kisah, Kami pun bertukar cerita sekitar dua jam lebih. Inti dari pembicaraan saya dan pak Hansip adalah Pak Hansip mengeluh tentang keadaan Pos Paras Negri tempat ia berpijak selama ini. Dia mengisahkan betapa bobroknya keadaan Pos itu selama ini. Korupsi, Hoaks, demonstrasi besar-besaran, pencaplokan, dan juga masalah berkedok agama selalu menghiasi dinamika kehidupan di Negri yang dia pijak. Yang paling mengagetk

Bahasa Media Masa dan fenomena “MODE GRATIS”

Gambar
          Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak “media masa” Online sekarang menyelinap ke ranah “media sosial”. Ini bukanlah  suatu hal yang baru. Secara pribadi, saya akui bahwa itu merupakan terobosan yang positif. Dengan menyelinap ke ranah Media Sosial, informasi yang ingin disampaikan oleh media masa akan bisa di sosialisasikan oleh pengguna media sosial. Dalam ulasan singkat ini, saya lebih merujuk pada media sosial yang memiliki user terbanyak yaitu Facebook. Facebook adalah media sosial yang banyak dipakai oleh masyarakat di dunia. Berdasarkan hasil survei oleh Portal diskon tanah air CupoNation Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna Facebook terbanyak. Jumlah pengguna Facebook Indonesia mengalahkan pengguna Facebook di Meksiko, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Saking banyaknya pengguna Facebook, Facebook mengeluarkan fictur baru yaitu mode gratis. Mode gratis memberi ruang bagi user yang tidak memiliki kuota untuk bisa menggunakan Facebook. Akan tetapi, ketika us

Kisah Tentang Mimpi yang Tak Berlanjut

Gambar
Malam itu Aku bermimpi. Bersama Marcopolo kunaiki kapal besar miliknya. Kapal yang hanya mengandalkan tiupan angin untuk berlayar. Dengan dipandu oleh kompas berwarna keemasan, kami Mengelilingi samudra demi samudera. Ketika Ku bertanya, kemanakah kita Hendak pergi, dia menjawab singkat. “Dimana pun kapal berlabuh disitulah tujuan berlayar.  Mendengar jawabannya aku tersenyum bingung. Benua demi benua kami lalui. Tak ada kata menyerah dan lelah. Yang ada hanyalah kepuasan menikmati setiap Alam ciptaan Tuhan. Pulau tanpa penghuni, Burung bertengger di pohon tanpa nama, ikan lumba_lumba menari mengikuti kapal, dan Marcopolo yang sering mengejek dan memarahiKu ketika aku salah tingkah adalah pemandangan yang setiap hari ku lihat dan kurasakan. Semua benua kami lalui. "Kemanakah sekarang kita hendak pergi? Sudah 2 tahun kita hidup di atas kapal. Selma dua tahun itu pun kita tak menjumpai Manusia seperti kita. Yang ada hanyalah Manusia bertingkah Burung. Ataupun Manusia bertingkah Sin

Elegi Sang Pertiwi

Gambar
     Pos Kamling. Ya, tempat aku dan pak Hansip selalu bertukar cerita. Ceritanya bukan tentang Percintaan si Romi dan Juliet. Atau tentang Si Anjing Mencuri Makanan di Rumah pak Lurah. Bukan. Kami selalu bercerita tentang keadaan Negri yang kami pijak. Negri yang aku dan pak hansip banggakan. Dan mungkin bukan hanya Aku dan pak hansip yang bangga dengan Negri ini, orang yang ingin menghancurkan Negri  ini pun pasti bangga.(mungkin)!. Ahh.. lupakan hal itu.   “Tin, malam ini ada berita duka”. “Duka apalagi”, tanyaku. “Ngga tau Tin. Soalnya aku mendengar Indonesia sedang menangis meratapi duka itu'. Aku sempat bergumam diri, apalagi yang terjadi dengan ngerikku. Akhirnya, kuselidiki apa yang membuat Negri yang aku cintai  kembali menangis. Tepat di pojok kiri Kamling, aku melihat tulisan besar. “CUCI TANGAN, WASPADA CORONA”. Aku tak tahu kapan tulisan itu di tempel dan apa maksud dari tulisan itu.    Aku pun bergegas dari sisi kiri Kamling dan menuju ke pak Hansip sambil membawa k

Rata Net (Lelaki Tanpa Kepalsuan)

Gambar
    Rata Net.  Begitulah julukan bagi seseorang yang bagiku adalah pahlawan dalam segala hal. Kekuatan dan ketajamannya memainkan peranan sebagai Caci Dancer dan Danding Dancer, ketulusan dan kerendahan hatinya menjaga dan mendidik kami buah hatinya adalah esensi bagiku menyebutnya sebagai seorang pahlawan. Tak peduli apa kata orang tentang si Rata Net ini. Bagiku, Beliau adalah sosok yang sangat istimewah. Tak memandang teriknya sinar matahari, ia membanting tulang demi kami buah hatinya. Keluhan tak pernah ia lantunkan. Hanya  Doa dan harapanlah yang selalu di lantunkan di setiap tangan dan kaki tak mampu lagi bergerak ke arah yang dibawa.      Sedikit saya berkisah tentang perbincangan kami beberapa tahun silam. Di sela-sela kesibukannya membangun pondok tempat beliau dan orang lain nantinya akan berteduh, saya memancingnya untuk bercerita. Sambil menghapus keringat yang bercucuran di wajah keriputnya, ia mulai berkisah. “Nak, Aku dulu pernah menjadi kamu. Aku selalu melihat nenekm