Tentang Malam yang Merindukan cahaya Purnama (Jumat Kliwon di Pos Kamling Desa Bangka La"o)
Aku ingin berkisah tentang perbincangan antara Si Malam, Aku dan pak Lurah saat kami menikmati purnama di jumaat Kliwon tahun lalu. Ketika itu, aku dan pak Lurah sedang asyik duduk di Pos kamling Desa Bangka La'o. Saat aku dan pak lurah asyik berbincang tentang Kelam menyelimuti desa, datanglah si malam menghampiri kami. Mungkin ia merasa kesepian dan mencari kawan untuk hanya sekedar bencengkrama ataupun berkisah tantang dirinya, kami tak tahu. Kamipun mempersilahkannya untuk duduk. Iapun mulai berkisah. “Martin, Aku sebenarnya malu pada semua penghuni bumi Pertiwi. Kenapa Tuhan menciptakan aku kalau aku hanya diciptakan untuk dibenci?”. Aku dan pak Lurah pun heran, mengapa ia berkata demikian. Kamipun terus mendengarkan celotehnya.”Pernah suatu malam aku mendengar banyak penghuni bumi menyalahkanKu karena Mobil mereka tak bisa berjalan karena tak ada terang. Pekat. Mereka memakiku habis habisan. Aku yang mendengarnya merasa sedih dan berharap Purnama akan tiba untuk menerangi mereka”.
Ia berkisah dengan perasaan luka. Kami mempersilahkannya untuk terus berkisah. “Aku sebenarnya Punya misi. Aku rela mati demi penghuni bumi. Aku ingin Kamu dan Pak lurah membuat purnama Baru. Jangan hiraukan Aku. Aku memang diciptakan untuk mati. Biarkan duniammu hanya diselimuti cahaya. Biarkan malam hanyalah meninggalkan kisah. Aku ingin Purnama baru yang kamu viptakan akan membuat hati semua penghuni bumi Pertiwi terang benderang. Agar mereka bisa melihat dengan cerdas segala sesuatu yang terjadi di Bumi yang mereka pijak”. Mendengar kisahnya aku dan pak lurah terharu. Ia mengharapkan kami untuk menciptakan purnama baru. Ia ingin kami membawa terang bagi seluruh penghuni bumi Pertiwi.
Disaat aku dan Pak.lurah sedang memikirkan apa arti dari kisahnya, Si Malam pun pergi meninggalkan Pos kamling dan terhanyut oleh purnama yang ternyata telah mendengarkan celotehan kami dari tadi. Tentang Si Malam yang merindukan cahaya Purnama, aku akhirnya mengukir Larik. Lariknya demikian:
Malam?
Aku tahu engkau sedih
Aku tahu engkau malu.
Malu dengan penampilan Gelapmu,
Malu dengan celotehan Si Orang.
Tetapi kamu perlu tahu, hai Malam!
Engkau sebenarnya tak perlu malu.
Engkau memang diciptakan untuk gelap.
Aku salut padamu hai Malam.
Engkau punya rasa malu.
Lihat Temanku di bumi Pertiwi ini.
Mereka malah menciptakan Kegelapan baru.
Tak punya rasa malu.
Bukan hanya gelap,
Bahkan Gelap bercampur asap.
Miris..
Malam?
Ajarkan kami bagimana caranya Malu
Bagimana caranya bersyukur.
Malam,
Temani kami dengan Gelapmu,
Selimuti kami dengan dinginku.
(Jumaat Kliwon di Kamling Desa Bangka La”o)
Komentar
Posting Komentar