Pencarian Seorang Pendaki (Kisah Kecil dari Aku yang selalu Ragu)

          Aku selalu berdiri di pucuk gunung ketika masalah menerpa pertiwiku. Bukan untuk apa-apa tetapi hanya untuk memandang apa yang sebenarnya sedang terjadi pada bumi pertiwiku. Aku selalu disangka gila oleh teman bahkan kerabat pribadiku. Melihat aku mendaki gunung, membawa lentera kecil, bahkan memikul ransel yang isinya adalah kumpulan dengungan tak jelas dari penduduk pertiwi. Aku sebenarnya malu akan semua ejekan itu. Tetapi aku punya misi. Misi besar untuk menangkal semua dengungan tak jelas itu yang sudah kusimpan semua dalam ransel miliku. Aku tak ingin penduduk di bumi Pertiwi menjadi terbawa oleh derasnya kebohongan penduduk lain yang kusebut sebagai konsumerisme.
     Pernah sekali. Berita tentang masalah besar menerpa bumi pertiwiku. Katanya, Maslah itu adalah titipan dari tetangga sebelah. Dititip lewat orang mereka, sehingga siapapun yang dengan sengaja atau tidak sengaja  menerima titipan itu akan menjadi sama seperti mereka yang empunya titipan. Itu kira-kira yang aku dengar.  Mendengar itu, aku akhrinya berkeinginan untuk melakukan hal yang biasa aku lakukan. Mendaki gunung, berdiri di pucuknya, menyalakan lentera kecilku dan kuterangi di bumi pertiwiku dan menyaksikan apakah benar akan terlihat sesuatu yang sama seperti yang aku bawa di ranselku.
      Singkat kisah, aku akhirnya melakukan keinginanku. Sebelum berangkat, aku mempersiapkan semuanya. Ransel penimbun kisah, lentera, dan tongkat yang selalu menemaniku di saat kaki tak mampu lagi berpijak pada sandaran yang pas.  Tak lupa juga, sebelum berangkat saya mendapat oleh-oleh berupa celotahan pembunuh semangat dari teman dan kerabatku(Si konsumerisme tadi). Tidak apa apa. Sebagai seorang pendaki, setiap kisah dibalik tempat pendakian adalah pengalaman yang Takan pernah terlupakan dalam upaya mencari titik terang segala sesuatu.
     Dua hari dua malam. Aku akhirnya sampai di pucuk gunung bumi Pertiwi. Perlahan-lahan kubuka ranselku, membongkar semua  yang telah Aku kumpulkan kira-kira sebulan lamanya. Aku mulai memandang bumi Pertiwi yang penuh kegelapan. Aku akhirnya memutuskan untuk meyalakan lenteraku dan melihat apa sebenarnya yang terjadi di pertiwiku. Ketika kunyalakan lenteraku, aku melihat banyak sekali kotaran yangm pertiwiku. Korupsi, kolusi, nepotisme, sampah, banjir, kebakaran hutan; itu sering kulihat. Bahkan  itu adalah hal yang selalu kutemukan ketika aku menyalakan lenteraku.
    Ketika aku berjalan kira-kira lima jam lamanya, aku menemukan sesuatu yang belum pernah kulihat dipendakianku sebelumnya. Sesuatu itu bebentuk bunga busuk dan telah melumuri sebagian pertiwiku. Aku tersontak kaget. Aku akhirnya mendekati sesuatu itu. Aku benar-benar bingung, benda asing apa lagi yang melumuri pertiwiku. Aku akhirnya membongkar isi ranselku. Aku mencari semua apa yang telah aku kumpulkan. Ketika aku berada di titik kelelahan untuk mencari, aku akhirnya mendapatkan surat kecil. Surat kecil itu adalah surat yang aku dapatkan dari seorang lelaki tua. Lelaki tua itu bisu. Dia adalah salah seorang yang telah mebmeritahuku bahwa negri ini sedang dilanda Maslah besar. Tetapi karena lelaki tua itu tak mampu berbicara, ia memberikan surat kecil yang tak sempat kubaca.
   Aku akhirnya memutuskan untuk membaca surat itu. Aku kaget dan hampir tak percaya. Di kertas kusam itu, tertulis” ketika engkau menemukan sesuatu yang bebentuk bunga busuk, itu COVID-19’. Aku tak percaya. Yang aku tahu, COVID -19 adalah virus yang sekarang sedang menyebar di China.  Tetapi mendengar dengungan banyak pendududuk dan surat kusam itu, aku akhirnya percaya bahwa Virus COVID-19 telah ada dan menyebar di setiap daerah di bumi pertiwiku. Sekian.



Nb 1: Saudaraku, segala sesuatu akan menemukan titik terang ketika kita memiliki tekad yang kuat untuk mencari titik terang itu. Ketika engkau telah mendapatkan titik terang itu, engkau hendaknya memberikan penerangan bagi orang yang belum mendapatkan titik terang.

Nb 2: (mohon masukan dan koreksi untuk tuliaan saya. Saya akn menerima semua itu😁)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pak, Kami Pada Mu!

Kisah Tentang Mimpi yang Tak Berlanjut

Esensi Pendidikan dan Terobosan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM) dari KEMDIKBUD